Strategi Televisi Waktu Prime Time
Pengertian prime time
Prime time adalah istilah dalam industri pertelevisian yang merujuk pada waktu utama dimana tayangan di televisi memiliki jumlah penonton terbanyak. Di Indonesia prime time berkisar antara jam 18.00 sampai jam 22.00, yaitu saat dimana seluruh anggota keluarga memungkinkan untuk berkumpul bersama sambil menonton acara di televisi.
Karena merupakan waktu utama, internal industri tv sendiri selalu berupaya agar tayangan pada jam prime time merupakan tayangan unggulan. Jika rating jeblok siap-siap saja tayangan tersebut digeser ke jam non prime time.
Televisi dan koran berbeda
Apa bedanya koran dengan TV ? Wah, jawabannya seabrek-abrek. Ya, kan ? Tapi disini saya hanya ingin menekankan pada satu saja perbedaan itu. Yakni, soal keterbatasan "ruangan", dalam artian isi atau volume materi yang disampaikan kepada publik. Koran berurusan dengan keterbatasan ruang halaman, sedangkan TV sibuk dengan keterbatasan ruang waktu.
Kenapa disebut "ruang waktu", enggak "waktu" saja biar lebih simpel ? Sebab, waktu yg saya maksud disini dlm pengertian dinamis, bukan statis. Ia bukan seperti waktu dlm kalimat, "waktunya jam berapa sekarang ?". Yang bisa kita jawab dengan jam dua pagi, jam lima sore, atau jam sembilan malam dll. Tetapi seperti pengertian waktu dalam kalimat, " Berapa waktu yang tersisa buat kita utk menyelesaikan pekerjaan ini ?". Yang bisa dijawab dengan lima menit, satu jam, atau dua setengah jam.
Bedanya lagi koran dengan TV adalah, koran bila kepentok ruang halaman yang terbatas dia bisa menambah jumlah halamannya. Sedangkan TV tidak demikian. Ruang waktu yang dimiliki TV sudah fixed, maksimal ya 24 jam setiap harinya. Aturan pemakaian "ruang" di TV jadi lebih ketat. Kelebihan waktu (overlength) pada suatu materi siaran akan berimbas pada pengurangan ruang waktu pada materi siaran yang lain. Kalo ada yang ditambah pasti ada yang harus dikurangi, itu rumus dasarnya.
Menyiasati ruang waktu pada jam-jam tayang yang tidak sibuk, ya pasti gampang-gampang saja. Tapi tidak demikian halnya pada jam primetime, antara jam enam petang sampai jam sepuluh malam. Pada jam-jam tersebut sering terjadi benturan kepentingan antara masing-masing dept. Ada yang ingin iklan dimaksimalkan berapapun jumlahnya, ada yang ingin promo acara ditingkatkan, ada lagi body program enggak boleh dikurangi atau diedit. Masing-masing dengan alasannya sendiri-sendiri. Nah, ruwet kan ?
Itu baru pada tingkat kebijakan. Pada saat pelaksanaannya bisa lebih pelik lagi, karena mesti berpacu dengan deadline tayang.
Ditengah-tengah benturan kepentingan seperti itu, terlintas satu renungan kecil dibenak saya. Begini. Pada saat saya lg nonton TV, ada satu bagian yang hampir selalu saya cuekkin, tak pernah saya tonton. Yaitu credit title di akhir program atau closing credit title (CCR). Begitu alur cerita berakhir dan CCR mulai bergulir, itu artinya saat yang tepat buat saya untuk mematikan TV atau pindah channel, mencari lagi program TV lain yang menarik. Saya kira penonton TV yang lain pun bersikap seperti itu. Kalo enggak, ya aneh saja. Tak ada satupun hal menarik yang bisa ditonton dari sebuah CCR.
Kalo demikian halnya, pertanyaan selanjutnya jadi lebih sederhana. Kenapa bukan bagian itu saja yang dikurangi untuk menambah ruang waktu yang diperebutkan tadi diatas ? Sulit dipahami, ketika setiap detik begitu berharga pada prime time, bisa terjadi sebuah CCR yang rata-rata program lokal muncul sekitar dua menit di layar kaca. Buang-buang waktu saja. Bahkan series asing yang terkenal sekalipun seperti The X Files, Friends, atau Melrose Place CCR-nya rata-rata dibawah satu menit.
Dengan demikian, semakin singkat durasi sebuah CCR akan semakin baik. Kalaupun tidak ada keuntungan komersil secara langsung dari pengurangan durasi CCR, setidaknya itu akan membatasi gerak-gerik pemirsa dlm berpindah-pindah channel.
Dengan demikian, semakin singkat durasi sebuah CCR akan semakin baik. Kalaupun tidak ada keuntungan komersil secara langsung dari pengurangan durasi CCR, setidaknya itu akan membatasi gerak-gerik pemirsa dlm berpindah-pindah channel.
Mungkin, sekali lagi mungkin, CCR perlu untu kalangan tertentu, tetapi rasanya tidak untuk kebanyakan pemirsa TV. Sekarang, tinggal sudut pandang mana yang dipilih, dari kalangan yang terbatas itu ataukah dari kebanyakan pemirsa ?
Apapun itu yang dipilih, tentu sudah dihitung untung-ruginya. Yaitu agar tayangan prime time tersebutmemiliki share dan rating tinggi sekaligus juga memenangkan hati pemirsa.
0 Response to "Strategi Televisi Waktu Prime Time"
Post a Comment
Silakan meninggalkan komentar yang relevan. Dilarang menaruh link dalam isi komentar ...